Gandeng Ulama, BKKBN Sosialisasikan Kesehatan Reproduksi Kepada 600 Santriwati di Jember Jawa Timur
Guna mencegah pernikahan dini, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) melakukan sosialiasi Kesehatan Reproduksi Remaja ke 600 Santriwati Pondok Pesantren Darul Hikmah Al-Ghazaalie Jember, Selasa (31/01/2023). Selain Kepala BKKBN RI, hadir dalam kegiatan tersebut Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan BKKBN, Prof. drh. Muhammad Rizal Martua Damanik, MRepSc, PhD, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur, Dra. Maria Ernawati, MM, Kepala Pusat Pendidikan Pelatihan KKB, Dr. Drs. Lalu Makripuddin, M.Si. serta jajaran OPD-KB Jember.
Kepala BKKBN, Dr. (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) memberikan penjelasan yang mendalam tentang Kesehatan reprodusi bagaimana dan mengapa para remaja harus merencanakan kehidupannya dan mengapa remaja harus menghindari nikah dini.
“Tahun 2035 anak-anak usia muda akan menanggung banyaknya penduduk usia tua yang tidak lagi produktif. Jika penduduk muda tidak berkualitas, maka akan menjadi beban berat kedepan menyongsong Indonesia Emas 2045,” buka Dokter Hasto.
Dokter Hasto mengatakan, saat ini banyak remaja yang sulit menahan kebutuhan biologis yang mulai muncul, sehingga terburu-buru untuk memilih menikah muda.
“Padahal menikah dalam usia muda banyak sekali risikonya, khususnya pada perempuan yang reproduksinya belum matang. Bila terjadi kehamilan merupakan kehamilan berisiko tinggi baik kepada ibu mau pun janin yang dikandung. Sehingga usia yang ideal untuk perempuan hamil dan melahirkan adalah di usia 20 tahun karena ukuran panggul sudah mencapai 10 cm jadi sudah aman.” jelasnya.
Selain itu, dari segi mental dan kematangan emosional menurutnya juga masih labil dan sangat rawan terjadi pertengkaran rumah tangga yang berujung pada perceraian.
“Tahun 2021, di Indonesia tingkat perceraian sangat tinggi yaitu 581 ribu kasus perceraian,” ungkapnya.
Hal itu terjadi, karena menurutnya pasangan belum dewasa, belum bisa memaklumi dan menerima kekurangan, sehingga mudah terjadi percekcokan dalam rumah tangga.
Jangan Cuma menyiapkan prewedding, tapi juga pre konsepsi atau penyiapan kehamilannya karena bertemunya sel telur dan sperma bisa terjadi begitu cepat. “Seorang ibu menentukan kesuksesan generasi selanjutnya,” pungkasnya.
Di tempat yang sama, Pendiri Pondok Pesantren Darul hikmah Al-Ghazaalie Jember, KH Achmad Nashihin AR menjelaskan pihaknya melihat kegiatan ini sangat positif karena ini sesuai dengan ajaran yang dibawa Rasulullah SAW. “Bagaimanapun kita menginginkan generasi yang sehat, bahagia dunia akhirat dan menjadikan Kabupaten Jember sebagai daerah dengan angka dispensasi nikah atau pernikahan dini yang rendah,” ujarnya.
“Banyak Wali Santri kami dari desa dan selama Wali Santri meminta saran ke kami, maka kami selalu menyarankan Santri siap menikah adalah saat usia Santri siap untuk menjalani kehidupan sakinah mawaddah warohmah dengan ilmu yang sudah matang. Ilmu yang sudah matang itu minimal lulus SMA atau di atas 19 tahun,” jelasnya.