Segores catatan dari Pelayanan KB Serentak Sejuta Akseptor
Feature Pelayanan KB Serentak Sejuta Akseptor
29 Juni tercatat sebagai tanggal spesial bagi seluruh keluarga di Indonesia karena pemerintah memperingatinya sebagai Hari Keluarga Nasional (HARGANAS) setiap tahunnya. Hanya saja, peringatan HARGANAS ke-27 tahun 2020 ini banyak berbeda dengan peringatan tahun-tahun sebelumnya dikarenakan pandemi COVID-19.
Kondisi pandemi ini pun berdampak pada terbatasnya akses pada layanan kesehatan menyebabkan terjadinya putus pakai alat kotrasepsi. Akseptor yang harusnya suntik KB satu bulan sekali jadi maju mundur untuk mendapatkan pelayanan KB suntik karena aturan protokol kesehatan yang ketat. Begitu juga yang harus ambil pil KB lagi atau waktunya ganti Implan dan IUD, mereka berhenti tidak melanjukan program KB nya. Akibatnya terjadi drop out atau putus pakai penggunaan alat kontrasepsi.
Bila tidak segera ditanggulangi, hal ini akan menyebabkan terjadinya baby boom atau peningkatan angka kelahiran yang cukup tinggi. Untuk dapat mencegah terjadinya baby boom, maka BKKBN mencanangkan pelayanan KB serentak sejuta akseptor. Pelayanan gratis ini akan dipusatkan pada hari Senin tanggal 29 Juni 2020 dan realtime quick countnya disiarkan secara live pada malam harinya di TVRI.
Di kabupaten Gresik, pelayanan KB serentak sejuta akseptor dilaksanakan dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Sehingga, pelayanan KB tidak dipusatkan dalam 1 hari saja di hari Senin tanggal 29 Juni 2020, tetapi diatur jadwalnya mulai hari Kamis tanggal 25 Juni 2020 sampai dengan hari Senin tanggal 29 Juni 2020.
Hari itu, Sabtu, sebenarnya waktu di luar hari kerja bagi ASN yang menganut 5 hari kerja. Namun, demi pelayanan KB serentak sejuta akseptor, kupacu motorku agak lebih kencang pagi itu untuk segera tiba di puskesmas. Apalagi setelah masuk notifikasi WA dari calon akseptor KB yang mengabarkan bahwa dia sudah sampai lebih dulu di puskesmas.
Akseptor Sabtu pagi itu bernama ibu SH, usia 30 tahun berputra 2; umur 4 dan 8 tahun. Suaminya pedagang cilok yang sepertinya di masa pandemi ini sepi dagangannya. Setiap dini hari, Bu SH sudah di pasar jadi asisten penjual ayam, membantu memotong motong ayam untuk pembelinya. Mungkin juga membantu mengangkat angkat ayam dalam jumlah banyak, itu mungkin mengapa dia bertanya “Kalau pakai implan ndak papa ya bu angkat barang berat?” Ndak papa bu jawabku dan kutanya kan juga ke bu bidan yang memasang implan supaya dia lebih yakin, “Ndak papa ya bu kalau dipakai angkat angkat berat kalau pakai implan?”, Bu Ita bidan puskesmas Industri menjawab “Ndak papa mbak. Sering di gerak gerak kan tanganya biar ndak kaku”, jelas Ita, sambil tangannya di gerak-gerakkan ke atas
Dua puluh menit pun berlalu dan pemasangan implan telah selesai. Bidan Ita juga sudah memberikan KIE pasca pemasangan implan dengan menjelaskan efek samping dan mitos mitos tentang KB implan. Kusambut Bu SH dengan meminta data data untuk di entri di quick count penghitungan pelayanan KB serentak sejuta akseptor, esok Senin tanggal 29 Juni. Setelahnya, kulanjutkan dengan survey kepuasan pelayanan, untuk mengetahui sejauh mana penyedia layanan KB memenuhi harapan akseptor.
Tak bisa kubayangkan bagaimana hecticnya jika pelayanan KB hanya dipusatkan pada 29 29 Juni 2020 saja. Selain mendampingi akseptor ke puskesmas, Penyuluh KB sepertiku juga harus memasukkan data untuk quick cout serta melakukan survey kepuasan pelayanan dan semuanya harus dilakukan pada saat itu juga di puskesmas di tengah suasana pandemi.
Semua Lelah terbayar dari feedback yang positif dari akseptorku. Keesokan harinya, ada sebuah pesan WhatsApp masuk ke ponselku dari Bu SH yang berisi: “Bu Wulan terimakasih, programnya sangat bermanfaat”
Pesan singkat itu menyadarkanku bahwa peran seorang penyuluh KB masih dibutuhkan masyarakat di jaman yang serba mudah dalam mendapatkan informasi. Profesi Penyuluh KB yang selama ini sepertinya kurang diperhitungkan ternyata masih sangat bermakna dalam kehidupan seseorang. Sudah cukup rasanya kata terimakasih itu menghapus semua lelah yang ada.
Kutuliskan catatan ini sebagai bentuk apresiasi untuk para pejuang KB yang lain, agar mereka juga tahu bahwa apa yang mereka lakukan sangat berarti bagi kehidupan seseorang. Semoga terbayar juga semua lelahmu para pejuang KB yang telah mewujudkan kegiatan pelayanan serentak satu juta akseptor. Mulai dari BKKBN yang telah mecanangkan kegiatan ini, Perwakilan BKKBN provinsi yang memberi petunjuk dan arahan. OPD KB di kabupaten yang menyiapkan alat kontasepsi, bidan yang memasangkannya sampai kader kader KB yang membantu mencari akseptor, begitu juga petugas pengentri data yang harus mengahadapi rumitnya sistem entry data dengan kondisi server yang terbatas.
Penulis: Wulan Purbani, S.Psi, PKB Kabupaten Gresik
Disunting oleh: Bidang ADPIN BKKBN Jawa Timur